Melawan Kegelapan Tak Bernama: Dunia Gelap dalam The Consuming Shadow
Game horor biasanya bermain di ruang-ruang sempit, mencekam dengan efek suara mengejutkan. Tapi The Consuming Shadow membawa pendekatan berbeda: atmosfer kelam, tekanan waktu, sistem roguelike, dan tantangan psikologis yang membuatmu merasa terus-menerus dalam bahaya.
Dirilis oleh Ben “Yahtzee” Croshaw—yang dikenal lewat review satirnya di Zero Punctuation—game ini adalah proyek passion yang berhasil menyajikan sesuatu yang berbeda. Di permukaannya, ia tampak sederhana. Tapi begitu kamu masuk, kamu akan tahu ini adalah permainan tentang logika, insting, dan ketakutan akan yang tak terlihat.
Premis: Dunia Di Ambang Kiamat
Kamu adalah seorang peneliti okultisme yang hanya memiliki waktu 72 jam untuk menghentikan masuknya entitas gelap ke dunia manusia. Entitas itu, disebut The Shadow, perlahan menguasai wilayah demi wilayah di Inggris.
Tugasmu adalah menjelajahi kota-kota, mengumpulkan petunjuk, menyelesaikan ritual, melawan makhluk-makhluk kegelapan, dan akhirnya mengusir salah satu dari tiga Ancient Gods sebelum semuanya terlambat.
Namun, hanya satu dari tiga yang benar-benar akan datang. Tugasmu bukan hanya bertarung, tapi juga menyelidiki siapa di antara mereka yang harus diusir. Salah ritual, dan dunia akan berakhir.
Gameplay: Roguelike dengan Unsur Detektif
Sistem permainan dibangun dengan gaya roguelike—tiap permainan baru selalu berbeda. Kota, dungeon, event, dan petunjuk diacak. Begitu kamu mati, kamu kehilangan semua progres kecuali beberapa unlock permanen.
Setiap kota punya kemungkinan terinfeksi, dan kamu harus memilih apakah akan menyelidiki atau meneruskannya. Kadang kamu akan menemukan pengungsi yang bisa membantu, kadang kamu disergap makhluk iblis. Semua pilihan mengandung risiko.
Kamu harus memecahkan teka-teki logika berbasis fakta dan eliminasi untuk menentukan siapa di antara para Ancient yang akan masuk ke dunia. Game ini menuntut pemikiran kritis di tengah tekanan waktu dan kondisi mental karakter yang makin terpuruk.
Elemen Horor Psikologis
Bukan hanya fisik yang terancam—karaktermu juga bisa kehilangan kewarasan. Semakin sering terpapar entitas gelap, makin cepat sanity kamu menurun. Efeknya? Halusinasi. Teks menyimpang, perintah menjadi kacau, atau bahkan muncul visual aneh di layar.
Dalam momen ini, The Consuming Shadow berhasil mengacak batas antara game dan realitas pemain. Ini bukan game yang akan berteriak padamu, tapi game yang akan membuatmu mempertanyakan apa yang kamu lihat dan lakukan.
Pertarungan dan Mantra
Kamu bisa melawan dengan senjata api, tapi amunisi terbatas. Musuh juga tak bisa diserang sembarangan. Beberapa hanya bisa dihindari. Di sinilah elemen strategi muncul. Apakah kamu akan lari, atau bertahan?
Mantra adalah alat penting lainnya. Tapi menggunakannya tidak selalu aman. Salah pengucapan bisa berdampak buruk. Beberapa mantra bisa menyembuhkan, mengusir iblis, atau bahkan membunuhmu jika salah digunakan.
Kamu juga bisa membuka karakter baru seperti Priest, Scholar, dan Warrior, masing-masing dengan gaya main dan latar belakang unik. Setiap karakter membawa dinamika berbeda ke gameplay.
Visual Sederhana, Atmosfer Berat
Grafis The Consuming Shadow bukan yang jadi daya jual. Hitam-putih, siluet, dan tekstur kasar adalah gaya visual utamanya. Tapi di sinilah kekuatannya. Ia membiarkan imajinasi pemain membentuk ketakutan sendiri. Tak ada musik latar dramatis—hanya dengungan, bisikan, dan suara langkah kaki.
Game ini mengingatkan pada horor Lovecraftian klasik, di mana ancaman bukan sekadar monster, tapi ketakutan akan yang tak diketahui. Kamu tahu sesuatu yang buruk sedang datang, tapi kamu tidak tahu bentuknya, kekuatannya, atau kapan ia muncul.
Strategi, Risiko, dan Hiburan Digital
Dalam banyak aspek, tekanan dan keputusan dalam The Consuming Shadow serupa dengan pengalaman di dunia hiburan digital yang juga melibatkan strategi dan risiko—seperti di Togelin.
Di sana, pemain juga bermain dengan peluang, memprediksi hasil, dan bertaruh pada pilihan terbaik. Sama seperti menentukan kota mana yang akan dikunjungi dalam game—atau mantra mana yang aman digunakan—dalam Togelin, kesalahan kecil bisa membawa kekalahan besar.
Hal serupa juga berlaku dalam sistem permainan angka seperti situs toto. Analisa, intuisi, dan ketepatan waktu jadi kunci—mirip dengan cara kamu harus membaca petunjuk ritual dalam game sebelum waktu habis. Dalam keduanya, kamu tak bisa asal menebak. Kamu harus punya strategi.
Durasi, Replayability, dan Unlocks
Satu sesi game bisa selesai dalam 1–2 jam, tapi replay value-nya tinggi. Ada banyak ending, karakter, dan tantangan yang bisa dibuka. Bahkan setelah kamu “menang”, kamu akan tergoda untuk mencoba lagi dengan gaya bermain berbeda.
Ada mode khusus seperti Hardcore Mode yang lebih brutal dan menantang. Untuk pemain yang suka game logika, strategi, dan tekanan, mode ini memberi pengalaman yang benar-benar menguji kemampuan berpikir di bawah tekanan.
Kritik dan Respon Komunitas
Meskipun atmosfer dan sistem logikanya dipuji, beberapa pemain mengkritik gaya visualnya yang terlalu sederhana dan kontrol pertarungan yang agak kaku. Tapi ini dimaklumi sebagai konsekuensi dari game yang dibuat hampir sepenuhnya oleh satu orang.
Komunitasnya kecil tapi loyal. Banyak diskusi di forum tentang strategi terbaik, pemecahan logika tercepat, dan teori tentang lore dalam game. Bahkan ada yang menganggap The Consuming Shadow sebagai salah satu hidden gem dalam genre roguelike-horor.
Komparasi: The Binding of Isaac vs The Consuming Shadow
Sebagai game roguelike, banyak yang membandingkan The Consuming Shadow dengan The Binding of Isaac. Tapi keduanya punya identitas berbeda. Isaac adalah arcade-action dengan simbolisme religius dan gaya kartun, sementara The Consuming Shadow adalah horror-logika dengan atmosfer berat dan minim aksi cepat.
Kalau Isaac menantang refleksmu, maka The Consuming Shadow menguji logikamu. Ia lebih cocok untuk pemain yang menyukai horor atmosferik, investigasi, dan sensasi detektif dalam dunia yang penuh ancaman gaib.
Penutup: Kegelapan yang Butuh Kamu Pecahkan
The Consuming Shadow bukan game horor biasa. Ia tidak akan memaksamu lari atau bersembunyi di lemari. Ia akan membuatmu duduk, berpikir, mengurutkan petunjuk, dan menghadapi ancaman besar yang tak berbentuk.
Untuk kamu yang menyukai game strategi, roguelike, dan cerita misterius dengan nuansa Lovecraftian, ini adalah salah satu game indie yang patut dicoba.
Dan jika kamu menyukai jenis hiburan yang memadukan tekanan, strategi, dan intuisi—baik itu melalui Togelin atau situs toto—maka game ini akan terasa seperti petualangan digital yang familiar, namun lebih kelam dan personal.
Baca Juga : Bertahan Hidup dalam Dunia Mistis Witch Hunt